Kamis, 08 November 2012

perkebunan teh malabar

Arsip Sampel Teh Ekspor
Seringkah Anda minum teh? Pernahkah terbayang bagaimana proses pembuatannya? Jangan iri, hari ini kami mengunjungi salah satu pabrik pengolahan teh terbesar di Jawa Barat, yang merupakan bagian dari PT. Perkebunan Nusantara VIII yang beralamat di Jalan Sindangsirna No. 4 Bandung. Perusahaan ini memiliki 24 pabrik pengolahan teh yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Di Pengalengan sendiri setidaknya ada 7 pabrik pengolahan teh milik PT. Perkebunan Nusantara VIII dan yang kami kunjungi adalah Perkebunan Teh Malabar.



Perkebunan Teh Malabar dibuka pada tahun 1890 pada ketinggian 1550 meter dpl. Letaknya di Kecamatan Pengalengan, 45 km di sebelah selatan Kota Bandung.

Perkebunan Teh Malabar tidak saja terkenal dengan produk tehnya, melainkan juga keindahan alamnya yang memang mempesona. Selain itu tempat ini juga menyimpan catatan-catatan sejarah penting diantaranya bahwa Karel Albert Rudolf Bosscha, asal Belanda, telah mengabdikan pengetahuannya tentang teh di Perkebunan Teh Malabar hingga beliau wafat pada tahun 1928. Makam KAR Bosscha terletak di kawasan hutan lindung Perkebunan Malabar. Kursi yang masih tampak di situ, konon merupakan tempat beliau beristirahat setelah memeriksa kebun-kebun. Jejak berharga lain yang ditinggalkan oleh KAR Bosscha adalah Peneropong Bintang Bosscha di Lembang, Gedung Leger des Heils (Salvation Army) di Jalan Jawa Bandung, Sekolah untuk orang bisu dan tuli, pun perusahaan telepon untuk Bandung dan Priangan di Tegallega (sekarang PT. INTI).

Perjalanan menuju Perkebunan Teh Malabar yang panjang dirasa singkat karena kondisi jalan yang bagus dan di kanan-kiri nampak hijaunya perkebunan teh. Belum lagi kami menyaksikan sendiri penduduk setempat memetik pucuk teh. Kejadian langka bagi kami yang biasanya hanya menyaksikan hal tersebut di televisi.

Kawasan Perkebunan Teh Malabar sangat luas. Sebelum masuk kami harus melapor dulu kepada petugas, mengisi buku tamu dan mengenakan kartu pengunjung/visitor. Lantas kami diantar ke sebuah ruangan luas yang merupakan bagian dari bangunan pabrik oleh pak Panja. Di ruangan ini terdapat foto KAR Bosscha dan juga visi-misi perkebunan teh ini. Tak lama datang seorang pria yang selanjutnya akan mengantar kami berkeliling. Pak Agus, demikian beliau disapa, sangat ramah dan sabar. Tenang beliau mengajak kami menaiki anak tangga menuju lantai atas tempat pengolahan teh bermula.

Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam di sebuah tempat berbentuk persegi empat panjang bernama withered trough. Setiap 4 jam daun teh dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 - 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.

Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukkan ke dalam gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel, daun-daun teh dimasukkan ke mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ke tempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4 dan badag.

Proses berikutnya adalah fermentasi. Bubuk 1 sampai bubuk 4 difermentasi dalam waktu berbeda :

Bubuk 1 = 120 menit
Bubuk 2 = 80 menit
Bubuk 3 = 60 menit
Bubuk 4 = 50 menit

Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100 derajat Celcius. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.

Usai dikeringkan daun teh dibawa ke ruang sortasi. Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan di ruang sortasi. Pertama; memisahkan daun teh yang hitam dan yang merah dengan menggunakan alat yang disebut vibro. Kedua; memisahkan yang besar dan yang kecil. Ketiga; memisahkan yang berat dan yang ringan.

Setelah semua proses selesai dikerjakan maka daun-daun teh harus diperiksa dulu (quality control). Bila daun teh tersebut memenuhi standar maka akan dikemas di tempat penyimpanan sementara (disimpan di dalam tong plastik berukuran besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor, maka daun teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas ke dalam papersack.

Yang perlu diingat adalah dari semua pengolahan teh, selalu ada arsip/contoh untuk menghadapi klaim dari pihak luar/konsumen.

Informasi pak Agus, proses pengolahan teh secara keseluruhan adalah 24 jam. Dimulai dari proses pelayuan hingga pengepakan. Dan Anda tidak perlu ragu karena teh hasil olahan dari Perkebunan Teh Malabar berkualitas baik. Hal ini dibuktikan dengan standarisasi yang mereka ikuti saat ini; sistem ISO 9000. Bila ada kenaikan standarisasi lagi, Perkebunan Teh Malabar pasti akan menurutinya.

Melihat lebih dekat pengolahan teh memang mengasyikkan. Apalagi guide-nya seramah pak Agus. Kami sudah menyaksikannya sendiri. Bagaimana dengan Anda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar